Tuesday, 29 April 2014

Bukan Perpisahan, Hanya Akan Jarang Berjumpa

Kamis 24 April 2014, saya resmi mengundurkan diri dari salah satu media online, untuk pindah ke tempat kerja baru. Sedih? jangan ditanya, sudah pasti.

Tapi mengutip salah satu kalimat dari wong bule yang saya kirimkan di milis staff dalam email 'perpisahan' (haiyah), kita haru terus melangkah maju. Begini kira-kira kalimatya, "If you can’t fly, then run. If you can’t run, then walk. If you can’t walk, then crawl. But whatever you do, you have to moving forward."

2 tahun 6 bulan, bukan waktu sebentar. Istilahnya, setiap orang punya kisah dan kesan tersendiri di hati saya (ceileeh). Email 'perpisahan' di hari terakhir bekerja sudah jadi hal 'wajib' yang selalu dikirimkan oleh karyawan yang akan 'lulus'. Akhirnya, tiba giliran saya pada Kamis 24 April 2014 .

Setelah merangkai huruf, menjadi kata dan kalimat (halah), email 'perpisahan' saya pun mengalir ke email staff kantor. Email saya cukup ringkas, berhubung takut sedih hehehe.

Karena itu, saya tidak merinci daftar nama kawan kantor dalam email 'perpisahan' untuk bilang terimakasih atau ucapan lainnya, tapi mereka tetap ada di hati (asik). Seperti yang tertulis dalam email sakti (tsaah) itu: Terimakasih kawan-kawan untuk kisah kasih selama 2 tahun 6 bulan ini.

Kerja di tempat baru, bukan berarti berpisah. Hanya akan jaranng berjumpa.

Sampai jumpa di lain kesempatan :)

Tuesday, 8 April 2014

Jadi Ikut Coblos Nomor Berapa?

Tetiba saya mau posting soal pemilu, berhubung besok bakal rame postingan soal jari bertinta di jejaring sosial - hahaha


Ini saya dapat dari postingan salah satu teman di Path. Ada hubungan-tidaknya dengan pemilu, terserah pemikiran masing-masing

Sedikit-banyak, saya suka membaca berita politik dan mendengar langsung dari teman-teman yang kerap berurusan dengan manis- pahitnya dunia ini (apaeu).

Berbicara soal politik, tentu tak lepas dari Pemilu. Berhubung stigma negatif sudah kandung kental melekat dengan anggota legislatif kita tercinta, yang suka gak tau diri karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) berombongan dan seenaknya, kepercayaan rakyat pun memudar. Alhasil, lahir lah para golongan putih (golput) alias tak ikut mencoblos.

Saya mungkin salah satu yang sempat berpikir untuk golput pada tahun ini. Salah satu alasannya karena kecilnya kepercayaan terhadap 'para tikus berdasi' (ceilah) dan kurangnya informasi mengenai para anggota partai politik yang meramaikan pesta demokrasi ini.

Tapi anggota partai politik yang nantinya terpilih ini, bakal memegang peranan penting menggiring kebijakan-kebijakan krusial di Tanah Air. Terlepas dari bajingan atau tidaknya mereka. Semua orang pun pasti sudah sadar hal ini.

Buat yang memberikan suara pada Pemilu, semoga pilihan kita semua tepat. Buat yang golput, setiap orang punya hak, serta prinsip dan penilaian berbeda :)

Jadi masih mau golput atau tidak? itu terserah pilihan masing-masing. Apa pun pilihannya, toh ujung tombaknya adalah dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Kalau kata UUD Negara Repulik Indonesia 1945: Kedaulatan ada di tangan rakyat.

Semoga Indonesia selalu harum mewangi sepanjang hari. Merdeka! :)

Monday, 7 April 2014

Hati-Hati Naik Bajai!

Hati-hati naik bajai, terutama di malam hari!, harus banget waspada.

Foto: Living in Indonesia


Kenapa?
Cerita saya ini mungkin hanya salah satu pengalaman dari sekian banyak kisah lainnya (ceileh). Saya dan adik perempuan bernama Rizka, kemungkinan hampir menjadi korban perampokan atau kejahatan lain di dalam bajai. Kok bisa?

Kisah ini berawal dari (macam prolog ftv hahaha) saya dan Rizka pulang dari rumah mak tuo kami yang ada di kawasan Rawasari, Jakarta Pusat, sekitar pukul 7 malam, Senin (7/4/2014). Karena bingung naik kendaraan umum apa, kami memutuskan naik bajai menuju Stasiun Manggarai.

Akhirnya kami naik bajai oranye di depan sebuah sekolah yang tak jauh dari rumah mak tuo. Dari awal ini abang bajai udah mencurigakan. Pas kami bilang mau ke Stasiun Manggarai, dia entah bergumam apa, akhirnya bilang, ' biasanya berapa?'. Kami jawab, '20 ribu,'. Okeh si abang ini langsung setuju tanpa babibu. Oh iya sebelumnya saya lihat ada perempuan yang baru aja turun, tapi anehnya pas bajai ngelewatin si mbak ini, dia malah kembali jalan ke arah yang sama dengan kami.

Saya coba berpikir positif, mungkin si mbak itu kelewatan turunnya -__- dan mungkin nih abang emang baik hati banget, Rp20 ribu langsung mau.

Oh iya, sebelum bajai melaju dan waktu itu lagi gerimis, si abang ini bilang tutupan bajainya diturunin aja, supaya kalau hujan gak basah. Saya tolak dengan alasan 'gak usah bang, gerah dari tadi jalan'. Oke bajai pun melaju.

Tiba-tiba dipertengahan jalan:
Abang bajai: mbak yang di sebelah kiri (saya) tasnya di kedalemin aja
Saya: (ikutin kata si abang), emang kenapa bang?
Abang bajai: biar aman aja.

Tiba-tiba bajai yang tadinya jalan kencang, melaju pelan. Nah di sini saya makin curiga, apalagi jalanan lancar jaya dan sepi. Sejak kapan ada sejarah, bajai mau jalan pelaaaan banget dan mepet-mepet ke pinggir kiri jalan? Gak ada, wong kalau macet aja mereka pengennya buru-buru.

Saya dan Rizka yang mulai sadar ada keanehan, saling pandang. Saya udah deg-degan dan tangan gemeteran. Karena nih abang masih aja jalan mepet-mepek ke kiri dan pelan kayak keong, saya bilang 'bang yang cepetan ya jalannya, soalnya saya ngejar kereta nih. Nanti ketinggalan'. Nih abang cuman jawab pelan banget, 'iya', tapi bajai masih kayak keong dan tetap dipinggir kiri jalan.

Okeh makin gak bener nih abang. Saya ulangin lagi bilang bajainya agak ngebut dengan alasan yang sama. Tapi nih orang teteeep aja gak berubah. Sampai akhirnya saya dan Rizka udah takut banget dan makin deg-degan, kebetulan saya lihat ada salah satu toko jaringan peritel waralaba (gak usah sebut merek hehehe) di depan kami.

Saya: bang kita turun di disini aja deh
Abang bajai kampret ini: ............ (diem aja)
Rizka: Iya bang, kita di halte busway aja (kebetulan di deket toko itu ada halte busway)
Abang bajai yang bisa banget bikin orang kesel ini tetep diem
Saya sambil buka pintu bajai: bang saya bilang saya mau turun di sini, sekarang! (okeh, ini pake teriak kenceng banget ngomongnya)
Suara saya yang kenceng ini menarik perhatian dua bapak-bapak di depan toko tersebut, dan sukses membuat bajai berhenti. Baru nih abang bajai buka suara, 'busway kan masih di depan?'. Saya jawab, 'gak usah di sini aja," sambil ngasih ongkos.

Daaan usut punya usut, kata Rizka, si abang bajai itu ngarahin kaca spion kirinya ke dalam bajai. Terus, dia sering banget ngeliatin kita berdua. Si pria bajai ini, waktu saya kasih ongkos, mukanya keliatan canggung macam orang kegep bohong!

Ditengah kelegaan kami akhirnya bisa keluar dari bajai itu, adik saya nyeletuk 'ah gue nggak akan lagi deh naik bajai. Daripada taxi ama bajai, mending naik angkot, kereta, transjakarta, sekalian. Ketauan rame di dalamnya'.

Mungkin ada yang mikir, kita berdua terlalu hiperbola. Atau mungkin aja tuh si supir bajai emang gitu bawaannya. Tapi sejak kapan coba, ada bajai yang jalannya pelan banget dan mepet-mepet di kiri jalan saat jalanan sepi. Padahal waktu itu dia bisa banget ngebut (yang ini suka bikin deg-degan), seperti para supir bajai biasanya.Atau seenggaknya jalan sewajarnya aja. Macet aja, mereka pengennya ngebut terus.

Eits, tapi jangan disalah artikan semua supir bajai itu suka ngibulin orang. Ada kok yang baik, karena saya juga sering naik bajai. Ini saya lagi sial aja dan berharap kejadian kayak ini gak kejadian lagi. Amin.

Entah naik kendaraan umum atau pribadi, kita harus selalu waspada. Walau ada orang yang bilang: Ah gue sih gak takut, tinggal teriak aja atau gue kan jago bela diri. Percaya deh, di saat-saat bahaya, apa pun bisa terjadi dan kadang di luar kontrol kita. Kalau lagi beruntung, ya selamat, tapi kalau nggak,  ya mau gimana (jangan sampe ini si).

Jadi waspada selalu, terutama kita - para perempuan :)