Sunday, 2 February 2014

Akhirnya, Negeri di Atas Awan

 Sunrise di puncak Sikunir

 Ketemu juga sama Dieng!

Setelah sekian lama ngiler ngeliat foto-foto dan baca cerita soal Dieng, akhirnya saya sampai juga di kawasan dataran tinggi Pulau Jawa tersebut. Bersama 5 teman dan 1 kekasih (aciyee), saya memanfaatkan liburan Tahun Baru China di penghujung Januari 2014. Sempet was-was karena lagi musim hujan, tapi berbekal niat yang teramat sangat, kami optimis alam akan berbaik hati.

Berbekal googling dan tanya sana-sini, perjalanan menuju Dieng di mulai 30 Januari sore dari Depok. Ada dua pilihan transportasi umum ke Dieng yaitu bus dan kereta api.  Untuk kereta api, bisa ambil jurusan Yogyakarta atau Purwokerto, ini stasiun terdekat menuju Dieng karena stasiun Wonosobo udah gak aktif.

Lanjuuut, kami memutuskan berangkat ke Dieng menggunakan bus Sinar Jaya jurusan Depok-Wonosobo, dengan jadwal keberangkatan terakhir jam setengah lima, sore, tapi ngaret satu jam zzzz.

Oh iya buat yang mau ke Dieng, bus Sinar Jaya  gak cuman ada di Depok kok, misalnya, dari Terminal Kampung Rambutan. Kalau di Depok, tiketnya bisa dipesan dari pagi, jaga-jaga gak keabisan hehehe. Cukup Rp80 ribu, bus pun melaju mengantarkan kami menuju Dieng lewat jalur Bandung.

Perjalanan di bus memakan waktu cukup lamaaaa banget -,-, karena musim hujan yang membuat jalanan macet. Normalnya, berdasarkan cerita orang-orang yang pernah ke sana dari Jakarta atau Depok sekira 10 jam, tapi saya menikmati 14 jam di bus sodara-sodara.

Selama perjalana ke Wonosobo, bus hanya berhenti sekali yaitu saat sang supir mau makan. Lah terus kita makan gak? makan, tapi setelah abang supir kelar makan, dia langsung mengumumkan bus berangkat kembali. Jadi kami makan sengebut-ngebutnya, minumnya belakangan aja supaya nasi dan lauk abis hahahaha.

Berdasarkan informasi dari mbah Google, ke Dieng gak mesti turun di terminal Wonosobo atau plaza. Untuk menghemat waktu, kami turun di pertigaan lampu merah. Saat sampai di kawasan Wonosobo, bilang aja sama supirnya 'mau ke Dieng bang, tapi turunnya di lampu merah ya jangan di terminal atau plaza'. Sayangnya, saya lupa ngeliat nama jalannya hehehe.

Turun di lampu merah ini, jadi gak perlu jauh-jauh ke terminal atau plaza wonosobo

Jam setengah delapan kami sampai di tempat pemberhentian yang dimaksud, ada tukang ojek yang menawarkan jasa menuju Dieng. Tapi buat menghemat (lagi-lagi hemat hahaha), kami naik mini bus dengan ongkos Rp15 ribu/orang. Sepanjang perjalanan menuju Dieng, mata disuguhi pemandangan yang ajiiib bener.

Supaya gak kelewatan, saya bilang ke abang supir minta turunin di pertigaan Dieng. Di pertigaan ini ada banyak homestay, salah satunya yang terkenal adalah penginapan Bu Jono, yang udah jadi langganan backpacker karena biayanya yang cukup murah. Tapi kami gak nginep di sini, karena tiga minggu sebelumnya saat ditelefon, kamarnya udah penuh semua. Ga heran, karena ada tiga tanggal merah berurutan alis libur panjang.

Kami nginep di penginapan Flamboyan, gak jauh kok dari Bu Jono. Dari pertigaan Dieng, juga kelihatan. Ada beberapa pilihan kamar dengan harga berbeda di Flamboyan. Kami dapat harga yang cukup murah dengan biaya Rp250 ribu untuk satu kamar, dua kasur, satu tv, kamar mandi di dalam, ruang tamu mini, plus WiFi gratis. Satu kamar buat berapa orang? Kata pak Arifin (penginapan Flamboyan), satu kamar bisa diisi 6 orang. Kami ber-7 dan tetap muat, tapi ada yang ngalah tidur di sofa hahahaha. Buat yang tertarik nginep di sini, bisa telefon pak Arifin di 0813-2760-5040.

Penginapan Flamboyan

Setelah istirahat dan makan, perjalanan mengelilingi Dieng di mulai setelah sholat Jumat. Ada banyak tempat menarik yang harus dikunjungi, selain puncak Sikunir.
- Telaga Seleri
- Sumur Jalatunda
- Telaga Mardada
 - Kompleks Candi Dieng
- Telaga Warna
- Dieng Plateau Teather
- Bukit Batu Pandang: dari sini, kita bisa lihat telaga warna dan telaga pengilon dari atas bukit. Untuk menuju Bukit Batu Pandang ini, kita harus ngelewatin jalan setapak ditengah-tengah hamparan tanaman kentang, sekira 10 menit.
-  Kawah Sikidang

Untuk menuju semua tempat di atas, bisa sewa motor atau mobil. Mengingat lagi musim hujan, kami memutuskan naik mobil dengan sewa Rp600 ribu, termasuk untuk diantar sampai Terminal Wonosobo. Etapiiii, kata teman saya, Rp600 ribu untuk sewa mobil termasuk mahal, karena dia cuman sewa mobil Rp400 ribu -okeh gagal hemat #errrr. Tapi mungkin juga karena waktu kami ke Dieng, lagi musim liburan (berbesar hati) hahaha.

Biaya wisata ke tempat-tempat tadi juga murah kok. Misalnya, Rp20 ribu untuk tiket terusan kompleks candi dan kawah Sikidang, Rp2 ribu untuk telaga warna, dan Rp3 ribu untuk Bukit Batu Pandang.

Hari pertama kami mengunjungi: Telagara Seleri, Sumur Jalatunda, Telaga Mardada, Kompleks Candi Dieng, dan Telaga Warna. Sisanya, termasuk puncak Sikunir, di hari kedua. Untuk memasuki area Sikunir, dikenakan biaya Rp4 ribu/orang.

Diringkas saja ya, kami langsung bahas perjalanan menuju puncak Sikunir. Karena mengunjungi Dieng saat musim hujan, maka kami gak dapet golden sunrise,  :(. Tapi selama perjalanan mendaki ke Sikunir, aman sodara-sodara, tak ada hujan.

Jam empat pagi kami berangkat dari penginapan menuju puncak Sikunir. Karena musim liburan dan cukup banyak kendaraan menuju tempat parkir sebelum penanjakan, kami terpaksa harus berjalan lebih jauh. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, kami sampai di puncak Sikunir. Meski gak dapet golden sunrise, dari puncak Sikunir kami bisa melihat awan putih dengan guratan oranye yang tampak malu-malu menghiasi Gunung Sindoro. Sekira jam enam pagi, matahari mulai bersinar terang.

Setelah satu jam menikmati pemandangan cantik di depan mata, kami segera melanjutkan perjalanan ke tempat wisata lainnya. Jika saat berangkat kami gak bisa lihat pemandangan dengan jelas, berbeda saat pulang. Kita akan disuguhi pemandangan alam yang cantik.

Ini salah satu pemandangan kece saat turun dari puncak Sikunir

Setelah puas menikmati perjalanan di Dieng, beres-beres, dan makan, kami harus meninggalkan Dieng. Ingat liburan segera berakhir, Senin menyambut artinya kerja (bagi libur lagi peliiis -,-).

Berbeda dengan saat berangkat, kami memilih naik kereta api menuju Jakarta. Kami tiba di Terminal Wonosobo pukul 13.45, setelah satu jam perjalanan dari Dieng. Dari terminal, kami harus naik bus selama tiga jam dengan biaya Rp25 ribu menuju Terminal Purwokerto. Saat sampai di wilayah Purwokert dan sebelum sampai di terminal, kernet dan abang supir berbaik hati langsung menghentikan angkot yang akan menuju stasiun Purwokerto. Setelah mengucapkan terimakasih, kami segera naik angkot yang dimaksut, dengan ongkos Rp3 ribu. Saya lupa berapa lama di angkot, tapi gak lebih dari setengah jam.

Sambil menunggu kereta datang, supaya gak bosan, ada aja ulah atau cerita yang bikin perut sakit karena ketawa hahaha. Tapi intinya, kami seneeeeng banget bisa sampai di Dieng, setelah melalui berbagai kegalauan #halaaah. Perjalanan yang dimulai dari Kamis sore (30/1/2014) sampai Minggu subuh (2/2/2014) ini, berakhir dengan manis-semanis kamuuuu #sumpahgaklebay hahaha.

FYI: Berdasarkan berbagai informasi yang didapatkan dari warga Dieng, baiknya ke Dieng itu bulan Juli-Agustus. Dinginnya bakal beda sama pas musim hujan saat di puncak Sikunir, jadi lebih dingin (nah lhoo kok bisa? Ya katanya begitu, rasakan saja sendiri ya hahaha). Daaaan, kita juga bisa ngeliat kristal salju menyelimuti tanaman di Dieng.



2 comments:

  1. Nice post... infonya menarik, jadi pengen ke Dieng juga. :)

    ReplyDelete